Gagal ginjal dan cuci darah: apa saja tandanya?
- Marketing RS Darmo
- 1 hari yang lalu
- 3 menit membaca

Cuci darah atau dialisisĀ adalah prosedur medis yang sering menimbulkan kekhawatiran. Banyak pasien dan keluarga merasa takut, terutama karena berbagai mitos yang beredar di masyarakat. Ada yang bilang cuci darah membuat hidup jadi singkat, selalu menyakitkan, atau bahkan bisa menyembuhkan gagal ginjal. Padahal, tidak semua anggapan tersebut benar.
Apakah cuci darah bisa dihentikan? Jawabannya, pada umumnya tidak bisa dihentikan begitu saja. Pasien dengan gagal ginjal kronis stadium akhir biasanya membutuhkan cuci darah seumur hidup, kecuali mendapatkan transplantasi ginjal yang berhasil. Namun, pada kondisi gagal ginjal akut, ada kemungkinan terapi dihentikan bila fungsi ginjal pasien kembali pulih.
Lalu, apa saja mitos yang sering dipercaya? Bagaimana fakta medisnya? Artikel ini akan membahas mitos dan fakta tentang cuci darah secara lengkap, agar Anda bisa memahami prosedur ini dengan lebih tenang dan bijak.
Apa Itu Cuci Darah?
Cuci darah atau dialisis adalah prosedur untuk menggantikan fungsi ginjal yang sudah tidak bekerja optimal. Proses ini membantu tubuh membuang racun, kelebihan cairan, serta menjaga keseimbangan elektrolit.
Ada dua jenis utama:
Hemodialisis: darah dialirkan keluar tubuh melalui mesin dialisis, disaring, lalu dikembalikan ke tubuh.
Dialisis Peritoneal: cairan khusus dimasukkan ke rongga perut, memanfaatkan selaput peritoneum sebagai filter alami.
Mitos vs Fakta Tentang Cuci Darah
Mitos 1 Cuci Darah Bisa Menyembuhkan Gagal Ginjal
Fakta:Ā Cuci darah tidak menyembuhkan. Fungsinya hanya menggantikan kerja ginjal sementara. Pasien tetap membutuhkan terapi seumur hidup, kecuali menerima transplantasi ginjal yang berhasil.
Mitos 2 Pasien Cuci Darah Tidak Bisa Hidup Lama
Fakta:Ā Dengan disiplin menjalani jadwal terapi, menjaga pola makan, dan kontrol rutin, pasien cuci darah bisa hidup bertahun-tahun dengan kualitas hidup yang baik.
Mitos 3 Cuci Darah Itu Sangat Menyakitkan
Fakta:Ā Prosesnya umumnya tidak menimbulkan rasa sakit berlebihan. Rasa tidak nyaman biasanya hanya muncul saat jarum dipasang atau karena efek samping ringan setelah terapi.
Mitos 4 Pasien Cuci Darah Tidak Bisa Beraktivitas Normal
Fakta:Ā Banyak pasien tetap bisa bekerja, berolahraga ringan, bahkan menjalani aktivitas sehari-hari. Kuncinya adalah manajemen waktu, pola hidup sehat, dan dukungan keluarga.
Mitos 5 Cuci Darah Membuat Pasien Selalu Lemah
Fakta:Ā Rasa lelah memang bisa muncul setelah sesi cuci darah, tetapi bukan berarti pasien akan selalu lemah. Dengan nutrisi seimbang, olahraga ringan, serta istirahat cukup, pasien bisa tetap bugar dan aktif.
Kapan Pasien Membutuhkan Cuci Darah?
Pasien biasanya membutuhkan cuci darah bila mengalami:
Gagal ginjal kronis stadium akhir.
Fungsi ginjal menurun drastis.
Penumpukan cairan berlebih hingga menimbulkan bengkak atau sesak.
Gangguan elektrolit berbahaya, misalnya kadar kalium tinggi.
Gejala uremia, seperti mual, muntah, lemas, atau gangguan kesadaran.
Tips Menjaga Kualitas Hidup Saat Menjalani Cuci Darah
Jalani jadwal cuci darah sesuai arahan dokter.
Batasi cairan sesuai anjuran.
Ikuti diet rendah garam, fosfor, atau kalium bila diperlukan.
Minum obat teratur.
Olahraga ringan secara rutin.
Jaga kesehatan mental dengan dukungan keluarga atau komunitas.
Apakah Cuci Darah Berbahaya?
Cuci darah adalah prosedur yang relatif aman, namun tetap memiliki risiko seperti:
Tekanan darah turun saat terapi.
Kram otot atau kelelahan.
Infeksi pada akses pembuluh darah.
Risiko ini bisa diminimalkan dengan pengawasan tenaga medis dan kepatuhan pasien terhadap anjuran perawatan.
Kesimpulan
Cuci darah sering dianggap menakutkan karena banyak mitos yang berkembang. Faktanya, prosedur ini adalah terapi penting yang membantu pasien gagal ginjal tetap hidup dengan kualitas yang baik.
Jangan biarkan mitos membuat Anda ragu. Jika Anda atau keluarga menghadapi gagal ginjal, segera konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan informasi dan terapi yang tepat. Segera periksa dan konsultasi ke RS Darmo Surabaya.
Hubungi WhatsApp Poliklinik di +62 896-3009-8900
Referensi :Ā
Hemodialysis - Mayo clinic. (n.d.). https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/hemodialysis/about/pac-20384824Ā
Sohail, M. A., Vachharajani, T. J., & Anvari, E. (2021). Central venous catheters for hemodialysisāthe myth and the evidence. Kidney International Reports, 6(12), 2958ā2968. https://doi.org/10.1016/j.ekir.2021.09.009Ā
Author : dr. Dananti Kusuma Windani, Sp.PD
Komentar