top of page

Mengenal HNP: Penyebab Saraf Terjepit dan Penanganannya dengan Minimal Invasive Surgery

  • Gambar penulis: Marketing RS Darmo
    Marketing RS Darmo
  • 1 hari yang lalu
  • 4 menit membaca

Source image: pexels.com
Source image: pexels.com

Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau yang lebih dikenal sebagai saraf terjepit adalah kondisi ketika bantalan tulang belakang mengalami pergeseran dan menekan saraf di sekitarnya. Akibatnya, penderita bisa merasakan nyeri, kesemutan, hingga kelemahan otot. Penyebabnya beragam, mulai dari penuaan, cedera, hingga aktivitas fisik yang berlebihan. Salah satu metode pengobatan yang kini banyak dipilih adalah tindakan operasiĀ minimal invasif yang menawarkan penyembuhan lebih cepat dengan risiko komplikasi yang lebih rendah. Artikel ini akan membahas penyebab HNP, gejalanya, serta bagaimana operasi minimal invasifve dapat menjadi solusi yang efektif.


Apa Itu HNP dan Apa Penyebabnya?

HNP atau Herniated Nucleus Pulposus dalam dunia medis merujuk pada sebuah kondisi di mana bantalan tulang belakang (nucleus pulposus) mengalami penonjolan keluar dari posisi normalnya. Penonjolan ini dapat menekan saraf tulang belakang, dan dalam bahasa awamĀ kondisi ini sering disebut sebagai saraf terjepit.

HNP biasanya terjadi di daerah lumbar (pinggang bawah), namun terdapat kasus dimana saraf terjepit terjadi di daerah leher (servikal) atau punggung atas (torakal). Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya saraf terjepit, seperti faktor usia/penuaan, cidera, postur tubuh yang buruk, atau aktivitas fisik yang berlebihan. Gejalanya meliputi nyeri punggung, kesemutan dan kelemahan otot. Pada kasus yang lebih parah, saraf terjepit dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf yangĀ  mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau bahkan inkontinensia urin (ketidakmampuan dalam mengontrol keluarnya urin).


Apa Penyebab HNP?

Saraf terjepit/ HNP disebabkan oleh berbagai faktor yang dapat melemahkan atau memberikan tekanan berlebih pada cakram tulang belakang. Berikut adalah beberapa penyebab utama HNP:

  1. Proses Penuaan: Seiring bertambahnya usia, cakram tulang belakang akan kehilangan elastisitas dan kandungan air. Hal tersebut membuat cakram tulang belakang lebih rentan terhadap robekan dan penonjolan.

  2. Cedera atau Trauma: Benturan keras, kecelakaan, atau aktivitas fisik yang berlebihan dapat menyebabkan cakram robek atau menonjol keluar.

  3. Gerakan atau Postur yang Salah: Beberapa postur yang salah namun tanpa sadar cukup sering dilakukan, sepertI:

    1. Mengangkat benda berat dengan posisi yang tidak tepat, misalnya dengan membungkuk tanpa menekuk lutut.

    2. Duduk dalam waktu lama dengan postur yang buruk dapat meningkatkan tekanan pada tulang belakang.

  4. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas: Berat badan yang berlebih akan memberikan tekanan ekstra pada cakram tulang belakang, terutama di bagian bawah (lumbar).

  5. Kurangnya Aktivitas Fisik: Otot-otot yang lemah di sekitar tulang belakang membuat cakram lebih rentan mengalami cedera

  6. Faktor Genetik: Beberapa orang memiliki kecenderungan genetik yang membuat mereka lebih rentan terhadap degenerasi/penurunan fungsi cakram tulang belakang.

  7. Pekerjaan yang Membutuhkan Aktivitas Fisik Berat: Pekerjaan yang melibatkan aktivitas banyak mengangkat, mendorong, atau membungkuk berulang kali dapat meningkatkan risiko HNP.


Gejala dan Diagnosis HNP

Adapun beberapa gejala umum yang dirasakan oleh penderita saraf terjepit, seperti:

  1. nyeri pada area kompresi, seperti bagian leher atau punggung bawah

  2. Nyeri tumpul, nyeri tajam, hingga sensasi terbakar yang dapat menjalar keluar

  3. Kesemutan, rasanya seperti ā€œditusuk jarumā€

  4. Sensasi kaki terasa ā€œmati rasaā€

  5. Kelemahan otot pada daerah yang terkena saraf terjepit

  6. Kesulitan berdiri atau berjalan dalam waktu yang lama

Ā 

Bagaimana Cara Mendiagnosis HNP?

Untuk mendiagnosis kondisi saraf terjepit, dokterĀ akan menanyakan beberapa gejala yang Anda rasakan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Apabila didapatkan adanya indikasi mengarah pada saraf terjepit, Anda akan disarankan untuk melakukanĀ pemeriksaan penunjang lanjutanĀ , seperti:

Ā 

  1. Rontgen (X-ray).Ā Hasil X-ray akan menunjukkan posisi tulang dan dapat mengungkapkan apakah ada penyempitan atau kerusakan yang bisa menyebabkan saraf terjepit.

  2. Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI menggunakan medan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar detail tubuh dalam berbagai sudut.

  3. Elektromiografi (EMG).Ā Dalam prosedur ini, elektroda jarum dimasukkan ke dalam berbagai otot melalui kulit. Tes ini mengevaluasi aktivitas listrik otot saat berkontraksi dan saat istirahat, membantu tenaga kesehatan mengetahui apakah ada kerusakan saraf yang menuju ke otot.

  4. Pungsi lumbal (spinal tap). Tes ini mengambil sampel cairan serebrospinal (CSF) dari area sekitar sumsum tulang belakang. Cairan ini kemudian dikirim ke laboratorium untuk diperiksa apakah ada tanda-tanda peradangan atau infeksi.

  5. Ultrasonografi resolusi tinggi.Ā USG menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi untuk menghasilkan gambar struktur dalam tubuh. Ini berguna untuk mendiagnosis sindrom kompresi saraf.


Penanganan HNP dengan Minimally Invasive Surgery

Apa Itu Operasi Minimal Invasifve?

Bedah minimal invasif, atau Minimally Invasive Surgery/MIS adalah metode pembedahan dengan luka sayatan yang minimal pada kulit dan jaringan. Dalam prosedur MIS, dokter bedah akan menggunakan teknik dan teknologi khusus untuk mengurangi trauma selama operasi berlangsung. Beberapa peralatan yang digunakan dalam bedah minimal invasif meliputi:

  1. Endoskop.Ā Endoskop adalah tabung panjang dan sempit dengan kamera video bercahaya di ujungnya. Alat ini tersedia dalam berbagai ukuran untuk melihat ke dalam berbagai rongga tubuh dan bisa bersifat kaku atau fleksibel.

  2. Kateter endovascular.Ā Kateter kecil ini bergerak melalui pembuluh darah. Dokter bedah menggunakan kawat pemandu dan pencitraan sinar-X untuk mengarahkannya ke lokasi bedah, lalu melakukan operasi melalui kateter tersebut.

  3. Instrumen bedah.Ā Instrumen bedah minimal invasif berbentuk panjang dan sempit agar dapat digunakan dalam ruang yang terbatas. Dokter bedah mengoperasikannya melalui trokar, endoskop, atau kateter.

  4. Balon bedah.Ā Jika dokter bedah tidak ingin atau tidak perlu mengembangkan seluruh rongga tubuh, mereka bisa menggunakan balon yang dapat dikembangkan hanya di area yang diperlukan. Balon ini ditempatkan di ujung trokar, endoskop, atau kateter, lalu dikembangkan dengan memompa gas melalui tabung.

  5. Trokar.Ā Trokar adalah tabung yang ditempatkan pada sayatan kecil (port) untuk memasukkan instrumen bedah lainnya, termasuk endoskop.


Keunggulan Operasi Minimal Invasive untuk HNP

Operasi Minimal Invasive memiliki beberapa keunggulan, meliputi:

  1. Mengurangi trauma. Hal ini dikarenakan operasi yang dilakukan dengan minim sayatan

  2. Mencegah terjadinya kemungkinan pendarahan

  3. Mengurangi resiko infeksi

  4. Mempercepat waktu pemulihan, sehingga Anda bisa beraktivitas lebih cepat

  5. Mengurangi terjadinya komplikasi bedah

  6. Mengurangi rasa sakit maupun kebutuhan akan obat penghilang rasa sakit

  7. Kemungkinan besar tidak memerlukan anestesi umum


Bagaimana Prosedur Operasi Minimal Invasive Dilakukan?

Setiap jenis prosedur pembedahan memiliki langkah yang berbeda-beda. Adapun prosedur yang dilakukan pada operasi minimal invasive, seperti:

  1. Sebelum dilakukan operasi, Anda akan diberikan suntikan anastesi terlebih dahulu. Pada kasus minimal invasive, anestesi yang diberikan bersifat lokal. Sehingga ada masih dalam kondisi sadar penuh saat operasi berlangsung.

  2. Sayatan yang dilakukan berupa sayatan kecil. Melalui sayatan kecil tersebut akan dimasukkan endoskop dan instrumen bedah lainnya untuk memantau kondisi area yang dituju, dalam hal ini saraf terjepit.

  3. Apabila operasi sudah selesai, sayatan akan ditutup. Walaupun dari segi waktu metode ini dikatakan lebih lama, karena melibatkan banyak langkah, alat, dan tim bedah, namun memiliki waktu pemulihan yang cenderung lebih cepat.


Author : dr. Larona Hydravianto M.Kes, Sp.OT (K) Spine

Ā 
Ā 
Ā 

ėŒ“źø€


Unit Darurat
IGD RS Darmo
Heading 6
Lokasi
Lokasi RS Darmo
bottom of page