Image Source: ayosehat.kemkes.go.id
Data terbaru dari Kemenkes RI mengungkapkan bahwa total penderita MPOX di Indonesia sejak tahun 2022 telah mencapai 88 pasien. Adapun rincian pasien ini terbagi atas 1 orang pada tahun 2022, 73 orang pada tahun 2023, dan 14 orang pada tahun 2024. Penyebaran kasus ini telah sampai ke 6 provinsi di Indonesia, yakni Kepulauan Riau, Banten, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Timur, dan DKI Jakarta dengan kasus tertinggi di DKI Jakarta sebanyak 59 pasien. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai MPOX, mulai dari gejala, penyebab, hingga langkah-langkah pencegahannya.
Apa Itu MPox?
MPox), atau yang dikenal sebagai cacar monyet adalah penyakit infeksi zoonosis yang disebabkan oleh monkeypox virus (MPXV). Mpox pertama kali ditemukan tahun 1958 di Denmark ketika ada dua kasus seperti cacar pada koloni kera yang dipelihara untuk penelitian, sehingga cacar ini dinamakan 'Cacar Monyet/mpox”. Mpox pada manusia pertama kali ditemukan di Republik Demokratik Kongo (DRC) tahun 1970. Sejak Mei 2022, mpox menjadi penyakit yang menjadi perhatian kesehatan masyarakat global, karena kasus meningkat cepat yang dilaporkan dari negara non endemis. Pada 28 November 2022 WHO telah mengumumkan pergantian nama penyakit yang semula Monkeypox menjadi Mpox.
Bagaimana cara penularan penyakit MPOX?
Penularan kepada manusia terjadi melalui kontak langsung dengan hewan ataupun manusia yang terinfeksi, atau melalui benda yang terkontaminasi oleh virus MPXV. Virus masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka/terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Mpox dapat menular dari orang ke orang melalui beberapa cara:
Kontak Langsung dengan penderita Mpox, seperti kontak dengan lesi kulit ( luka, ruam atau bercak), cairan tubuh, maupun melalui hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.
Kontak Tidak Langsung, seperti kontak dengan benda yang sudah terkontaminasi oleh penderita, maupun penularan melalui droplet. Hal ini dapat terjadi ketika penderita Mpox mengalami batuk/bersin tanpa menggunakan alat pelindung seperti masker.
Masa penularan dapat bervariasi, namun pada umumnya masa penularan dimulai saat onset gejala timbul sampai dengan krusta mengelupas dan lapisan kulit baru terbentuk (biasanya antara 2-4 minggu).
Faktor Resiko Penularan MPOX
Beberapa faktor risiko penularan, meliputi:
Masyarakat yang berada dalam lingkungan yang dekat dengan penderita Mpox, seperti anggota keluarga atau rekan kerja.
Tinggal di tempat dengan kepadatan populasi yang tinggi, seperti asrama atau komunitas yang ramai, dapat meningkatkan risiko penularan dari penderita Mpox.
Mengunjungi atau tinggal di daerah endemik, di mana Mpox lebih umum juga dapat meningkatkan resiko penularan.
Gejala Mpox Seperti Apa yang Perlu Diwaspadai?
Masa inkubasi (interval dari infeksi sampai timbulnya gejala) mpox biasanya 6 – 13 hari, tetapi dapat berkisar dari 5 – 21 hari.
Masa infeksi dapat dibagi ke dalam 2 fase:
1. Fase akut atau prodromal, terjadi selama 5 hari pertama dan berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot, dan kelelahan yang terus menerus. Pembengkakan kelenjar getah bening dapat terjadi di area leher, ketiak, atau selangkangan/lipatan paha. Dapat juga timbul gejala nyeri tenggorok, hidung tersumbat, atau batuk.
2. Fase erupsi atau munculnya ruam atau lesi kulit, umumnya terjadi 3 hari setelah timbul demam. Ruam yang muncul berkembang perlahan, mulai dari ruam datar, kemudian berisi cairan bening hingga nanah dengan lekukan di bagian tengahnya. Setelah itu dapat mengeras dan menjadi krusta/kerak di permukaan kulit sampai akhirnya rontok. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai fase erupsi ini menghilang dan rontok (memasuki fase konvalesen atau penyembuhan). Pada fase erupsi ini diperlukan perhatian khusus agar tidak sampai jatuh pada keadaan yang lebih buruk atau terjadi infeksi sekunder.
Image Source: unsplash.com
Cara Mencegah Penyakit Mpox
Pencegahan Mpox dapat dicegah melalui beberapa cara berikut ini:
Hindari Kontak Langsung dengan Hewan atau Penderita
Hindari kontak langsung dengan hewan liar, terutama hewan yang sedang sakit, maupun yang mendadak mati khususnya di daerah yang endemik Mpox. Selain itu, batasi juga kontak dengan penderita MPox.
Jaga Kebersihan Diri
Perlu diingat untuk melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Disarankan untuk menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan dapat menggunakan hand sanitizer yang berbasis alkohol, ataupun dengan mencuci tangan secara teratur dengan sabun pada air yang mengalir, khususnya apabila baru bersentuhan dengan penderita MPox maupun barang yang mungkin terkontaminasi virus MPox.
Vaksinasi dan Penggunaan Alat Pelindung
Vaksin yang sebelumnya digunakan untuk penyakit cacar atau smallpox telah dilakukan pengembangan dan penelitian sehingga dapat digunakan untuk pencegahan Mpox. Namun dikarenakan ketersediaan yang terbatas sehingga vaksinasi direkomendasikan untuk orang yang berisiko. Tidak hanya itu, pastikan juga menggunakan alat pelindung diri seperti masker dan sarung tangan, terutama jika sedang merawat orang yang terinfeksi Mpox.
Kapan Harus Mengunjungi Dokter?
Segera periksakan diri anda ke dokter jika mengalami hal-hal berikut ini:
Demam melebihi suhu 37.5 derajat celcius
Pembengkakan kelenjar getah bening
Nyeri otot, sakit kepala, hingga terasa mudah lelah
Muncul ruam di area kulit baik itu berupa kemerahan atau berisi cairan dan nanah
Batuk, sesak nafas, hingga sulit bernafas
Kontak langsung dengan penderita MPOX
Pemeriksaan ke dokter penting dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perawatan lebih lanjut.Hubungi Poliklinik terpadu Rumah Sakit Darmo untuk berkonsultasi lebih lanjut nomor whatsapp (0896-3009-8900)
Author: dr. Devina Nataliany
Editor: Lentera
Referensi :
Infeksi emerging. (n.d.). https://infeksiemerging.kemkes.go.id/penyakit-virus/frequently-asked-questions-faq-mpox
Kommentare