top of page

Cegah Osteoporosis: Panduan Lengkap Menjaga Kekuatan Tulang


Gejala Osteoporosis, tulang menjadi rapuh

Source: Pexels.com


Osteoporosis, sering disebut sebagai "silent disease," adalah kondisi di mana tulang menjadi rapuh dan mudah patah karena penurunan massa tulang. Penyakit ini sering menyerang orang yang berusia di atas 50 tahun, terutama wanita setelah menopause. Penyebab utama osteoporosis adalah hilangnya kepadatan tulang seiring bertambahnya usia dan berkurangnya hormon penting seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada pria. Artikel ini akan membahas tentang mengenai gejala, faktor risiko, dan cara pencegahan osteoporosis.


Apa Itu Osteoporosis?

Penurunan Massa Tulang

Osteoporosis terjadi karena penurunan massa tulang yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah cedera. Tulang yang sehat memiliki struktur yang kuat, tetapi pada penderita osteoporosis, kepadatan tulang berkurang secara signifikan.

Siapa yang Berisiko?

Wanita, terutama setelah menopause, lebih berisiko mengalami osteoporosis. Hal ini disebabkan oleh penurunan hormon estrogen yang berperan dalam menjaga kekuatan tulang. Pria juga bisa terkena osteoporosis, terutama jika kadar testosteron menurun.

Gejala Awal yang Sering Terlewat

Sering kali, gejala osteoporosis tidak terasa hingga terjadi patah tulang. Namun, gejala awal seperti nyeri punggung kronis dan postur tubuh yang membungkuk bisa menjadi tanda osteoporosis. Postur tubuh yang semakin menurun juga bisa mengindikasikan bahwa tulang belakang mulai melemah.


Faktor Risiko Osteoporosis


Gejala Osteoporosis

Source : Pexels.com


1. Usia dan Hormon

Seiring bertambahnya usia, hormon seks seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada pria menurun, yang menjadi salah satu faktor utama terjadinya osteoporosis. Wanita pascamenopause lebih rentan terhadap penyakit ini.

2. Kekurangan Vitamin D dan Kalsium

Asupan kalsium dan vitamin D yang tidak cukup bisa melemahkan tulang. Kekurangan paparan sinar matahari juga memperburuk kondisi ini, karena sinar matahari membantu tubuh memproduksi vitamin D.

3. Gaya Hidup Tidak Sehat

Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, konsumsi alkohol, dan kafein berlebihan dapat mempercepat penurunan kepadatan tulang, memperbesar risiko osteoporosis.

4. Pengobatan Jangka Panjang

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid, dalam jangka panjang bisa memperburuk kondisi tulang dan mempercepat terjadinya osteoporosis.


Gejala Osteoporosis yang Perlu Diwaspadai

  1. Nyeri Punggung KronisNyeri punggung yang berkelanjutan adalah salah satu gejala awal osteoporosis yang sering diabaikan. Rasa sakit ini biasanya disebabkan oleh patah tulang mikro pada tulang belakang. Tulang belakang yang melemah akibat osteoporosis dapat mengalami keretakan kecil yang tidak selalu terasa langsung, tetapi menyebabkan nyeri kronis seiring berjalannya waktu. Ini juga bisa mempengaruhi postur tubuh, menyebabkan pembungkukan yang progresif jika tidak ditangani.

  2. Tulang Mudah PatahSalah satu tanda yang paling jelas dari osteoporosis adalah tulang yang mudah patah, bahkan dengan trauma atau cedera yang ringan. Patah tulang pada pergelangan tangan, pinggul, dan tulang belakang adalah yang paling umum terjadi pada penderita osteoporosis.

  3. Postur Tubuh Membungkuk dan Tinggi Badan MenurunKehilangan tinggi badan dan postur tubuh yang membungkuk juga merupakan gejala umum osteoporosis. Seiring tulang belakang mengalami keretakan atau melemah, postur tubuh secara perlahan berubah. Kondisi ini disebut kyphosis, yaitu perubahan bentuk punggung yang membuat tubuh terlihat membungkuk. Penderita osteoporosis juga sering mengalami penurunan tinggi badan karena penipisan tulang belakang yang secara bertahap menurun dari waktu ke waktu.


Cara Mencegah Osteoporosis Secara Alami

  1. Konsumsi Kalsium dan Vitamin DKalsium dan vitamin D merupakan dua elemen penting dalam menjaga kesehatan tulang. Kalsium berperan sebagai bahan utama pembentuk tulang, sedangkan vitamin D membantu tubuh menyerap kalsium dengan lebih efektif. Asupan harian kalsium yang direkomendasikan untuk orang dewasa berkisar antara 1000-1200 mg per hari, tergantung pada usia dan jenis kelamin. 

Anda bisa mendapatkan kalsium dari makanan seperti susu, yogurt, keju, dan sayuran berdaun hijau seperti bayam dan brokoli.Paparan sinar matahari adalah cara alami terbaik untuk mendapatkan vitamin D. Disarankan untuk mendapatkan sinar matahari selama 10-30 menit, terutama di pagi hari.


  1. Olahraga yang Menguatkan TulangBerolahraga secara teratur atau aktivitas fisik yang berfokus pada penguatan tulang dapat membantu mempertahankan atau bahkan meningkatkan kepadatan tulang. Latihan beban seperti jalan kaki, jogging, dan hiking membantu memberikan tekanan pada tulang, yang merangsang proses pembentukan tulang baru.


Latihan angkat beban juga efektif dalam memperkuat otot yang mendukung tulang, terutama di area punggung, pinggul, dan kaki, yang sering terkena dampak osteoporosis.


  1. Hindari Gaya Hidup Tidak SehatGaya hidup tidak sehat dapat mempercepat proses penurunan kepadatan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Merokok, misalnya, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium, yang berakibat langsung pada kesehatan tulang. 


Selain itu, konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat berdampak negatif pada metabolisme tulang. Alkohol mengganggu kemampuan tubuh dalam menyerap kalsium dan mempengaruhi keseimbangan hormon yang berperan dalam kesehatan tulang. 


Konsumsi kafein juga perlu diperhatikan, karena kafein dalam jumlah besar dapat mengurangi penyerapan kalsium di dalam tubuh. 


Kapan Harus Mengunjungi Dokter?

Jika Anda mengalami gejala seperti nyeri tulang yang berkepanjangan atau mengalami patah tulang meskipun hanya cedera ringan, segera kunjungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Osteoporosis dapat dideteksi melalui tes kepadatan tulang, dan pengobatan dini dapat membantu mencegah kondisi semakin memburuk.

Untuk informasi lebih lanjut dan konsultasi mengenai osteoporosis, Anda dapat menghubungi Poliklinik Terpadu Rumah Sakit Darmo di nomor 0896-3009-8900.


Referensi : 


Author : dr. Larona Hydravianto, SpOT (K)

Comments


bottom of page